Rabu, 09 November 2011

RUSUNAWA JAMSOSTEK

Bukan Proyek Cari Untung
KORAN JAKARTA
Hunian Pekerja | Rusunawa Jamsostek Membuat Karyawan Kian Nyaman Bekerja
Dedikasi Jamsostek sebagai BUMN yang peduli terhadap pekerja atau karyawan tak perlu disangsikan. Inovasi program untuk menyejahterahkan karyawan terus digulirkan. Yang fenomenal, Jamsostek kian gencar membangun apartemen murah buat kalangan pekerja. 

Pembangunan perumahan yang kian masif dikembangkan sejumlah pengembang di Indonesia, seperti melupakan pangsa buruh dan pekerja menengah bawah. Harga perumahan yang terus melambung juga tak bakal terengkuh oleh kalangan pekerja kelas rendah. 

Alhasil, banyak buruh, terutama buruh yang bekerja di kawasan industri, tinggal di bedeng-bedeng dekat lokasi kerja mereka. 
Lantas, apakah karyawan dan pekerja kelas menengah bawah akan terus tinggal di hunian yang tidak layak itu? Semoga tidak lagi. Pekerja dan karyawan kelas buruh, kini bisa memiliki hunian yang lebih layak. Harapan itu kini disandarkan kepada PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek). 

Kenapa Jamsostek? BUMN yang kini dipimpin Hotbonar Sinaga itu memang terbukti yang sangat peduli dengan pekerja. Jamsostek terlihat kian aktif membangun apartemen murah buat pekerja. Hunian yang disebut rusunawa (rumah susun sederhana sewa) ini adalah persembahan khusus Jamsostek buat para pekerja. 

"Kami mengembangkan hunian yang layak tinggal untuk para pekerja. Istimewanya, harga sewa rusunawa yang kami bangun sangat terjangkau," terang Direktur Utama Jamsostek Hotbonar Sinaga di Jakarta, belum lama ini. Model rusunawa yang dibangun pun mengikuti tren pembangunan apartemen masa kini. “Konsep huniannya model twin (menara kembar) dengan beberapa blok,” tambahnya. 

Perbandingan fasilitas dan kondisi Rusunawa Jamsostek dengan (rusunawa) yang lain juga boleh diadu. Produk Jamsostek ini sangat layak bersaing dengan produk lain. Modelnya kompetitif dibanding rusunawa lainnya. "Bisa bersainglah. Pasti lebih baik," tegas Hotbonar.

Yang khas lagi, pembangunan rusunawa ini berlokasi di sekitar pabrik atau kawasan industri. Ini dilakukan agar para pekerja mudah menuju lokasi tempat kerja sehingga para pekerja bisa menghemat waktu dan biaya jika harus menuju tempat kerja. 

Alasan Jamsostek sangat masuk akal. Lihat saja, di kota-kota besar, transportasi memang menjadi persoalan yang pelik. Selain berhubungan dengan persoalan kemacetan, juga bisa menguras keuangan kalangan pekerja. Intinya, apartemen made in Jamsostek ini memiliki keunggulan dibanding apartemen sejenis. 

Misalnya, sewanya terhitung paling murah, ada yang sekitar 200.000 rupiah per bulan per orang di blok yang ada di Cikarang. Harga di kisaran itu sudah sangat pas dengan kantong gaji pekerja yang kebanyakan masih di bawah 2 juta rupiah. Karenanya, peran Jamsostek sangat layak diapresiasi positif. 

Fasilitas Baik
Sejatinya, sekitar enam tahun silam, Jamsostek sudah membuat proyek percontohan rusunawa yang dibangun di kawasan Jababeka, Cikarang. Sejak saat itu, buruh bisa merasakan tinggal layak di rusunawa. Di kelasnya, beberapa rusunawa yang dibangun Jamsostek lebih mewah dibanding bangunan sejenis. 

Dibangun dengan tipe 21 dan 36, rusunawa Jamsostek dikhususkan untuk pekerja lajang. Di rusunawa Cikarang misalnya, di awal berdirinya ada 245 unit kamar. Saat ini, rusunawa Cikarang itu telah direnovasi dengan tambahan 212 kamar lagi. Fasilitas yang dimilikinya terbilang lengkap. 

Lihat saja fasilitas umum yang ada, mulai air bersih, listrik, pengelolaan limbah sampah, serta tempat menjemur pakaian. Selain itu, masih ada lagi sejumlah fasilitas tambahan seperti fasilitas olah raga, warnet, kantin, tempat parkir, dan ruang serbaguna. 

Untuk menikmati semua fasilitas tersebut, para pekerja yang berminat membayar sewa tak lebih dari 200 ribu rupiah tergantung pilihan tinggal. Lantai atas umumnya lebih murah ketimbang lantai dasar. 

Lalu, secara umum, lokasi rusunawa Jamsostek juga berdekatan dengan area kerja para buruh atau pekerja. Program ini tentu sangat mulia, antara lain bisa mengurangi potensi kecelakaan kerja, yakni dari rumah menuju tempat kerja. 

Apalagi, menurut catatan kepolisian, angka kematian terbesar (50 persen) adalah disebabkan akibat terjadi kecelakaan di jalan. Angka kecelakaan lalu lintas di Indonesia masih sangat tinggi, yakni rata-rata delapan orang meninggal setiap harinya. 

"Nah, permukiman yang dekat dengan tempat kerja sangat diperlukan, karena di samping menghemat biaya juga mengurangi potensi kecelakaan kerja," tambah Hotbonar yang dikenal taat beribadah ini. 

Bahkan, dalam sebuah kunjungan ke kantor Koran Jakarta, beberapa waktu lalu, Hotbonar menegaskan bahwa program pembangunan hunian bagi para pekerja bukanlah program cari untung. 

Dalam arti lain, rusunawa yang dikembangkan Jamsostek bukanlah proyek menguntungkan, namun lebih difokuskan untuk akses penyedian hunian murah bagi peserta Jamsostek. "Jamsostek ingin membuktikan komitmen sebagai BUMN yang konsisten menyejahterahkan pekerja," terang mantan Ketua Umum Dewan Asuransi Indonesia ini. 

Program Mulia
Sebenarnya, komitmen Jamsostek membangun hunian untuk pekerja sudah dilakukan sejak lama. Misalnya, pada 2004, Jamsostek sudah menyediakan rusunawa di kawasan industri Jababeka, Bekasi, Jawa Barat. Pembangunan rusunawa Jamsostek adalah bagian dari program Dana Peningkatan Kesejahteraan Peserta (DPKP). 

Dana ini wajib digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta program Jamsostek. Nah, salah satu program DPKP Jamsostek adalah membangun rusunawa buat pekerja. 

Saat ini, ada tiga proyek rusunawa Jamsostek yang siap huni, yakni tiga menara kembar rusunawa di Kawasan Industri Kabil, Batam, Kepulauan Riau, rusunawa di Lancang Kuning, Muka Kuning, Batam, dan renovasi 212 kamar di rusunawa Cikarang.

Pekerja memang layak bersyukur dengan kehadiran rusunawa yang dibangun Jamsostek di beberapa wilayah industri di Indonesia ini. Apalagi, sejatinya, apartemen murah yang dibangun Jamsostek untuk pekerja adalah berasal dari dana kepesertaan di Jamsostek. Karena syarat khusus penghuni Rusunawa Jamsostek adalah yang tercatat sebagai peserta Jamsostek. 

Jadi, bisa dibilang Jamsostek menggerakkan program mulia yang bertitel dari peserta untuk peserta. Dengan tarif sewa per bulan yang sangat murah, maka pekerja tidak perlu lagi tinggal di bedeng-bedeng berdinding tripleks. 

"Program rusunawa ini dari memang buat peserta yang membutuhkan. Kan dana pembangunannya dari uang peserta juga," ujar Kepala Biro Peningkatan Kesejahteraan Peserta serta Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKP dan KBL) PT Jamsostek (Persero) Ahmad Riyadi. 

Dana ini diambil dari Dana Peningkatan Kesejahteraan Pekerja (DPKP). pelayanan dalam DPKP ini merupakan salah satu bentuk konkret pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR). Besaran dana yang digelontorkan dalam program DPKP ini jauh lebih besar dari yang diberikan perusahaan swasta atau badan usaha milik negara (BUMN) lainnya. 

"Ini menjadi suatu wujud nyata pengabdian Jamsostek kepada pekerja," kata Ahmad. Anggaran DPKP yang dibuat untuk membangun dan merenovasi rusunawa pada 2010 adalah 109 miliar rupiah. DPKP berasal dari keuntungan Jamsostek yang pada 2010 meraup 1,5 triliun rupiah, sementara aset yang dikelola PT Jamsostek saat ini lebih dari 100 triliun rupah. 

"Dengan tinggal di dekat lokasi kerja, tenaga kerja bisa bekerja lebih tenang dan nyaman untuk meraih kesejahteraan yang dicita-citakan. Bagi pengusaha, kondisi ini akan mendorong bisnisnya semakin berkembang dengan produktivitas yang terus meningkat," tambah Riyadi. 

Selain apartemen pekerja, dana yang dikelola dalam program DPKP juga digunakan untuk pinjaman uang muka perumahan (PUMP) dengan bunga yang rendah. Ya, kini pekerja bisa makin nyaman dan lebih tenag bekerja. Peluang karyawan berpenghasilan rendah untuk tinggal nyaman di hunian vertikal sudah terbuka lebar. 

Jamsostek sudah menghadirkan sejumlah apartemen murah untuk pekerja di seluruh Indonesia. Ribuan kamar di unit-unit apartemen murah terjangkau. Selamat, kini pekerja di kawasan industri bisa menikmati hunian yang layak dan murah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar